Minggu, 27 Februari 2011

BAHASA INDONESIA 2 SOFTSKILL (tulisan)


Nama               : Ema Sundari
Kelas               : 3EA10
NPM               : 10208434
Mata Kuliah    : Softskill Bahasa Indonesia (tulisan ke 2)
                                                         

Yaburo dan Wanita Salju

Di Jepang, ada desa kecil yang selalu didatangi salju, yaitu Desa Mokichi. walaupun dingin, hati penduduk itu selalu meresa hangat, Karna mereka selalu berbuat baik. Kalau dinilai siapakah yang paling baik di Desa Mokichi, Yaburolah yang paling baik di desa itu.

Nama panjangnya adalah Yaburo Sukurito. Ia bekerja sebagai tukang kayu bakar yang
sangat miskin. Dia mau menolong orang tanpa imbalan.
Suatu hari pada saat malam hari tiba, Yaburo bergegas pulang dari hutan karna badai salju sudah datang. Kayu yang telah didapatkannya cukup banyak. Kayu-kayu itu ia taruh didalam kantong yang dibuat dari kain. Ia memegang kantong itu. Di tengah jalan, dia bertemu dengan wanita yang sangat cantik dengan memakai baju berwarna emas. Ia belum pernah bertemu wanita itu sebelumnya.

Dengan tatapan penuh harap, wanita itu berkata kepada Yaburo “Kakiku kram, aku tak bisa berjalan selangkah pun Bisakah kamu antarkan aku ke rumahku?” “Dimanakah letak rumahmu itu?” tanya Yaburo. Wanita itu terdiam dan menunjuk hutan yang gelap gulita dan tak ada jalan. Yaburo manjawab tegas “Baiklah…” Lalu dia memasukkan wanita itu ke dalam keranjang yang dipikulnya dan memberikan kayu itu pada wanita itu untuk menjaga kayu-kayu yang didapatkannya itu, kemudian pergi memasuki pedalaman gunung.
Semakin jauh berjalan, salju semakin tebal. Rumah wanita itu tak kunjung terlihat. Yaburo bertanya “Kita tidak salah jalan, kan?” wanita itu hanya mengangguk tanpa bicara.

Sebenarnya wanita itu adalah wanita salju yang suka memancing pria ke pedalaman gunung yang jauh dari tempat manusia, untuk memakan roh pria itu saat tenaganya telah habis.
Akhirnya, langkah Yaburo semakin lambat. Mulut Yaburo yang terdiam beberapa saat kemudian perlahan berkata “Nona…” Seolah telah menunggu saat itu, wanita itu menjawab sambil tersenyum “Ada apa?” Dengan napas yang tersengal, Yaburo berkata dengan suara seolah tertahan… “Nona tidak kedinginan?” Pertanyaan Yaburo yang tak
terduga itu membuat si wanita terkejut sampai tak bisa bicara.

Yaburo terus berusaha keras melangkah dengan kakinya yang sudah mati rasa akibat
dingin.”Keranjangnya tidak sempit kan? Kau tidak lapar? Bertahanlah
sedikit lagi! Bertahanlah!” Wanita itu hanya menjawab “Ya”… Tapi suaranya semakin
lemah dan akhirnya tak terdengar lagi. Yaburo yang cemas lalumenghentikan
langkahnya dan mengintip ke arah keranjang. Wanita itu sudah tak ada didalamnya. Yang ada hanyalah gumpalan salju yang dibungkus baju yang terbuat dari emas. Baju itu dia simpan dan dijaganya sebagai pengalaman tak terlupakan

Pengoreksian penulisan yang kurang tepat:
  • ·         Kesalahan pada penulisan “karna” setelah tanda koma seharusnya “karena” dan menggunakan huruf kecil.
  • ·         Penulisan “kayu-kayu” cukup ditulis “kayu” sehingga tidak terjadi pengulangan kata yang boros.
  • ·         Pemberian tanda titik yang berlebihan.
  • ·         Penyambungan kalimat yang kurang tepat antara “lalumenghentikan”, sebaiknya menggunakan spasi menjadi “lalu menghentikan”.
  • ·         Kurangnya pemberian tanda baca “titik” pada kalimat yang terakhir di paragraf terakhir.

Sumber : Vanessa Amorti (vanessa.amorti@yahoo.com)


BAHASA INDONESIA 2 SOFTSKILL (tulisan)


Nama               : Ema Sundari
Kelas               : 3EA10
NPM               : 10208434
Mata Kuliah    : Softskill Bahasa Indonesia (tulisan ke 1)
                                                         

Sebuah Pengalaman yang Mengesankan

Ketika  bangun  pada hari  Senin  pagi, aku  sangat terkejut  karena   melihat jam di kamar telah  menunjukkan  pukul  06.30 WIB. Aku  langsung  bangun  dan  menuju  ke kamar  mandi. Sampai  di  kamar  mandi  tiba-tiba aku  terpeleset dan hampir saja mencederaiku.

Setelah mandi, aku berpakaian sekolah, sarapan pagi lalu berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Sesampainya di sekolah kulihat tasku untuk mengambil topi. Betapa terkejutnya aku, ternyata topiku tidak ada di dalam tas. Karena hari itu hari senin (ada upacara bendera) aku pulang ke rumah untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi aku kembali lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tiba-tiba di jalan motorku mogok, setelah diperiksa ternyata bensinnya habis. Terpaksa kudorong motor untuk mencari tempat penjualan bensin eceran. Untunglah tempat penjualan bensin itu tidak jauh. Aku membeli satu liter bensin dan langsung tancap gas menuju ke sekolah.

Setibanya di sekolah ternyata murid-murid sudah berkumpul di lapangan. Upacara hampir saja dimulai. Aku pun tergesa-gesa berlari menuju ke lapangan upacara. Ketika upacara dimulai kepala sekolah langsung memberi pengarahan tentang tata tertib sekolah. Tiba-tiba datanglah seorang guru untuk memeriksa kerapian murid-muridnya, dan sialnya rambutku dinilai panjang oleh guru. Dengan leluasa serta tak kuasa kumenolak gunting yang ada digengaman guru mencabik-cabik rambutku.

Dengan rambutku yang tak karuan, aku langsung masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Rupaya pelajaran tersebut mempunyai pekerjaan rumah (PR) dan aku lupa mengerjakan tugas tersebut lalu dihukum oleh guru untuk membuat tugas itu sebanyak tiga kali.

Aku langsung mengerjakan tugas itu. Sebelum aku mengerjakannya jam pelajaran pun habis lalu aku disuruh menulis beberapa kali lipat lagi oleh guru. Ketika sedang mengerjakan tugas itu, teman-teman ribut di kelas karena jam pelajarannya kosong. Dengan senangnya teman-teman pun bermain di kelas sehingga aku pun merasa terganggu. Aku menegurnya supaya tidak ribut lagi, ternyata mereka tidak senang dan tidak terima atas teguranku. Temanku tadi langsung merobek tugas yang sedang kubuat. Aku merasa kesal dan tanpa basa-basi lagi aku langsung menghajarnya sehingga terjadilah perkelahian. Kemudian kami dipanggil wali kelas ke kantor untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aku ceritakan masalah tersebut dan kami pun disuruh untuk bermaaf-maafan. Setelah itu kami disuruh untuk melupakan masalah tersebut, akhirnya lonceng pun berbunyi menandakan pulang sekolah. Kami pun langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah aku merasa senang karena permasalahan tersebut telah selesai. Aku bercerita tentang kejadian-kejadian yang aku alami di sekolah tadi dengan orang tuaku. Orang tuaku pun menasehati agar selalu mengerjakan tugas tersebut dan mentaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah.

Pengoreksian penulisan yang kurang tepat:
  • ·         Kurang tepatnya penulisan judul. Dalam penulisan judul lebih baik menggunakan huruf kapital semua, ukuran tulisan lebih besar dibandingkan dengan tulisan yang lain. Semua itu agar judul tersebut lebih jelas dilihat dan menarik.
  • ·         Pengulangan kata. Seperti “hari senin” seharusnya cukup menulis “senin ” saja, agar tidak terjadi pemborosan kata.
  • ·         Penulisan angka. Contoh “satu liter” sebaiknya ditulis menggunakan angka karena merupakan satuan. Angka digunakan untuk menyatakan: (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
  • ·         Penulisan “kerapian” kurang tepat seharusnya “kerapihan” kata tersebut berdasarkan kata Ejaan yang disempurnakan.
  • ·         Kata “tak karuan” lebih baik diganti dengan kata “berantakan” agar lebih enak dibaca.


Sabtu, 26 Februari 2011

BAHASA INDONESIA 2 SOFTSKILL


Nama               : Ema Sundari
Kelas               : 3EA10
NPM               : 10208434
Mata Kuliah    : Softskill Bahasa Indonesia

PERBEDAAN KARYA ILMIAH, NON ILMIAH, dan SEMI ILMIAH
I.                   Latar Belakang
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Namun selain karya ilmiah, dalam membuat karangann kita bisa membedakan dalm 3 karangan yang terdiri dari karya ilmiah, semi ilmiah, dan non ilmiah yang akan dibahas pada tulisan ini.

II.                Masalah
Perbedaan karya ilmiah, semi ilmiah dan non ilmiah !

III.             Pembahasan Masalah
1.      Ilmiah
Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan menyajikan fakta umum serta ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Karya ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
 Adapun jenis karangan ilmiah yaitu:
·         Makalah: karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
·         Kertas kerja: makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
·         Skripsi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.
·         Tesis: karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi.
·         Disertasi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci.
Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.
1.1  Ciri Karya Ilmiah

Tidak semua karya yang ditulis secara sistematis dan berdasarkan fakta di lapangan adalah sebuah karya ilmiah sebab karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:

1.      Objektif.
Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2.      Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

3.      Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4.      Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

5.      Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

6.      Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).
      7.  Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.
1.2 Syarat Karya Ilmiah
 Berikut ini adalah syarat-syarat karya ilmiah :
·         Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
·         Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
·         Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
·         Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
·         Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
·         Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

2.      Non Ilmiah 
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.
2.1 Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah :
·         ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·         fakta yang disimpulkan subyektif,
·         gaya bahasa konotatif dan populer,
·         tidak memuat hipotesis,
·         penyajian dibarengi dengan sejarah,
·         bersifat imajinatif,
·         situasi didramatisir,
·         bersifat persuasif.
·         tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.
3.      Semi Ilmiah
Semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Karakteristiknya :  berada diantara ilmiah.
4.       Perbedaan karya Ilmiah dan Non Ilmiah

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.


IV. Simpulan

Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karektiristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Sedangkan karangan non ilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada karangan baku; sedangkan karangan semi ilmiah berada diantara keduanya.


V. Daftar Pustaka


BAHASA INDONESIA 2 SOFTSKILL


Nama               : Ema Sundari
Kelas               : 3EA10
NPM               : 10208434
Mata Kuliah    : Softskill Bahasa Indonesia
                                                         

PENALARAN DEDUKTIF dan INDUKTIF

       I.            Latar Belakang

Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk mencapai suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran deduktif dan induktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua proses penalaran itu.
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
    II.            Masalah

Perbedaan penggunaan penalaran deduktif dan induktif!

 III.            Pembahasan Masalah

1.      Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.



Contoh klasik dari penalaran deduktif:
  • Semua manusia pasti mati (premis mayor)
  • Sokrates adalah manusia. (premis minor)
  • Sokrates pasti mati. (kesimpulan)
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif.

2.      Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
untuk membedakan preposisi umum seperti:
Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.
Induksi kuat:
Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi lemah:
Aku selalu menggantung gambar dengan paku.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.

Tabel
Induksi
Deduksi
Proses pemikiran yang di dalamnya akal kita bertolak dari pengetahuan tentang beberapa kejadian/peristiwa/hal yang lebih konkret atau “khusus” lalu menyimpulkan hal yang lebih “umum”.
Proses pemikiran yang di dalamnya akal kita bertolak dari pengetahuan yang lebih “umum” untuk menyimpulkan hal yang lebih “khusus”.
Kesimpulan dalam penalaran induktif bersifat generalisasi, sintesis karena itu tidak menjamin kepastian mutlak.
Kesimpulan dalam penalaran deduktif bersifat analitis karena itu pasti seratus persen kalau argumentasinya sahih dari sudut logika formal.
Penalaran induktif tidak bersifat sahih/tidak sahih melainkan apakah satu penalaran induktif lebih probabel (tergantung sampel yang dijadikan alasan penyimpulan) dari yang lain. Tinggi rendahnya kadar kebolehjadian dalam kesimpulan bergantung pada alasan. Kalau alasan cukup, kesimpulan benar, kalau alasan tidak cukup kesimpulan mungkin benar.
Penalaran deduktif bersifat sahih kalau kesimpulan relevan pada alasan/premis atau tidak sahih kalau kesimpulan tidak relevan pada proses.
Penalarn induktif tidak bisa siap dipakai untuk membenarkan induksi.
Penalaran deduktif adalah dasar untuk membangun dan menilai prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.


3.      Urutan Logis

Suatu karangan harus merupakan kesatuan. Ini berarti bahwa karangan itu harus dikembangkan dalam urutan yang sistematik, jelas, dan tegas. Dalam hal ini, urutan dapat disusun berdasarkan:
·         Urutan Waktu (kronologis)
·         Urutan Ruang (spasial)
·         Urutan Alur Penalaran
·         Urutan Kepentingan


4.      Isi Karangan

Karangan mungkin menyajikan fakta (berupa benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapatan / sikap dan tanggapan, imjinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasab itu diperlukan teori atau pendapat. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan:
·         Generalisasi dan spesifikasi
·         Klasifikasi
·         Perbandingan dan pertentangan
·         Hubungan sebab akibat
·         dan Ramalan


5.      Fakta Sebagai Unsur Dasar Penalaran Ilmiah
Jumlah fakta tak terbatas sifatnya pun beraneka ragam. Banyak diantara fakta-fakta itu saling berkaitan, baik secara fungsional maupun dalam hubungan sebab akibat. Hubungan itu kadang-kadang sangat erat atau dalam suatu rangkaian yang rumit sehingga sulit untuk mengenalinya.
Untuk memahami fakta-fakta yang sangat banyak itu, terlebih dahulu kita perlu mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-ciri sejumlah fakta kita dapat melihat perbedaan-perbedaab serta persamaan-persamaan yang terdapat diantara fakta-fakta itu. Dengan demikian, mungkin juga dapat dikenali hubungan yang terdapat di antaranya. Pengenalan hubungan itu kerap kali sangat sulit, sehingga kadang-kadang harus dilakukan melalui penelitian.
6.      Kesalaha deduktif
·         Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi ialah kesalahan premis mayor yang tidak dibatasi.
·         Kesalahan term ke empat. Dalam hal ini term tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataan.
·         Kerap kali pula terjadi kesalaha berupa kesimpulan terlalu luas / kesimpulan lebih luas daripada premis. Premis mayor partikular dan kesimpulan merupakan universal.
·         Kesalahan deduktif selanjutnya ialah kesimpulan dari  premis-premis negatif.

7.      Kesalahan induktif
·         Generalisasi terlalu luas.
·         Hubungan sebab akibat yang tidak memadai. Hal ini mungkin terjadi karena suatu akibat dihubungkan dengan penyebab berdasarkan kepercayaan atau takhayul atau kaena penulis atau pembaca menganggap suatu kontribusi sebagai penyebab utamanya.
·         Kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan sarjana biologi berdasarkan persamaan sistem pencernaannya, merupakan contoh kesalahan analogi. Dasar analoginya (sistem pencernaan) tidak merupakan ciri esensial dari kesimpulan (dapat dididik menjadi sarjana).

 IV.             Simpulan
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

    V.            Daftar Pustaka